Sabtu, 14 November 2015

#1 It's Getting Complicated

Minggu yang  balak =3=) hape rusak, kantong kering, pencernaan sakit, ditambah 'hati' juga sakit, Suebeeeellll.
ARRGGGH!!!
Aku gak pernah tau gimana hubungan saling suka bisa se rumit ini. -Okay here's the story- Ada seorang cewek yang deket dengan aku. Awalnya itu teman biasa, teman satu kelas, dia duduk di baris ke-2 dan aku dibelakangnya. Sikapnya itu sering bercanda kalau dia 'suka' aku, and I thought yes she only joking jadi aku nggak ngerespon dia secara berlebih, only friend. Time goes dan kita gak sekelas lagi, guru Kimia di kelasku itu bisa dibilang lebih bagus daripada yang di kelasnya, dan sebelum waktu ulangan pas ada hari libur nah disana dia minta tolong untuk diajari pelajaran kimia, aku awalnya menolak karena emang aku tipe orang rumahan, gak suka keluar rumah. Tapi karena aku emang ada jadwal ke sekolah buat ekskul jadi aku meng-iyakan ajakannya. Waktu belajar itu 50% buat belajar dan 50% sisanya buat cerita tentang kisah kita secara gak jelas, like our family, our love story, that's it aku bilang dia 'mempromosikan' dirinya supaya aku milih pacar 'kayak' dia atau dirinya sendiri. Shortly afterward kita lebih dekat dari sebelumnya, I fell for her. Yes I do, sikapnya dan perhatiannnya yang mengisyaratkan dia suka sama aku membuat aku menyukainya balik as a woman not just a friend.
Entah karena sebab apa dia menyinggung tentang "hubungan" kita, seperti temennya gak suka kalo aku deket sama dia, temennya bilang aku itu gak cocok kalo dilihat dari mantannya yang hitz abiss sementara aku orang yang diem dan sama sekali gak hitz, and on and on. Oh iya! Dia juga tanya begini "Kita ini temen kan?" Dan sekitika itu juga emosiku gak karauan, bukannya itu sama aja mendeklarasikan tentang jarak hubungan kita yang harus dijaga? Atau setidaknya itu yang aku simpulkan "We're only friend" My heart was broken, dan akhirnya aku mengungkapkan perasaanku sama dia bahwa aku benar benar suka sama dia, aku juga tanya "Kamu mau gak kalo aku jadi pacarmu?" And she said no. No she can't...
Huaaaa~~~ T^T) patah hati untuk pertama kalinya, rasanya itu campuran antara amarah dan kesedihan. Aku sampe sampe kehilangan nafsu makanku dan gak makan 'berat' selama satu hari penuh, cuma ngemil ngemil dikit. Mungkin aku emang kepedean, mungkin perhatiannya itu emang seperti itu ke semua cowok. Aku memutuskan hubunganku dengannya selama setidaknya 3 hari. Aku memutuskannya, kalau aku sendiri tidak menunjukkan aku 'worthed' buat dia bagaimana mungkin dia 'worthed' buat aku. I'm start to text her back, dan ajaibnya keadaan itu cuma seperti hal sepele, dia bisa melupakan itu dengan cepat. Kita berbaikan bahkan kurang dari sehari. Kita akrab lagi seperti semula. Aku memutuskan untuk menyukainya secara sepihak, maksudnya aku sudah cukup bahagia bisa dekat lagi dengannya tanpa perlu mendapat balasan darinya.
Aneh, memang ternyata dia penuh kejutan. Kita bukan berasa seperti 'berteman' tapi justru berasa seperti orang yang berpacaran. Aku sudah membulatkan tekadku untuk tidak membahas tentang hubungan kita atau bagaimana perasaannya kepadaku, Dan disaat yang bersamaan dia membahasnya, GOD DAMMIT! She always ruin my plans. Tapi... saat aku bilang aku suka dia, dia juga bilang dia juga suka sama aku, pertahanin. That's her command -End Story-
Sebagaimana diketahu sebelumnya, ini pengalamanku pertama. Aku gak tau apa yang biasanya dilakuin orang pacaran. Aku sering banget bikin dia bete, gagal nganter pulang karena bentrok sama ekskul. Gak ada perhatiannya sama sekali intinya. Minggu lalu aku berusaha ngajak dia keluar buat jalan gak jelas, tapi sayangnya dia lagi sakit. Now, hari ini... eh, bukan tapi kemarin. Dia diajak mantannya buat nonton... And guess what she said? Yes. Yah dia emang ngomong dulu sebelum berangkat. Akupun bilang gak masalah, karena kondisi finansial *et dah finansial, keuangan maksundya* sedang gak bagus. Walau sebenernya aku gak mau dia jalan sama cowok lain.-. Siapa sih yang suka waktu orang yang lagi dia sukain itu jalan sama cowok lain, dengan garis bawah mantan. Setelah stalking yang cukup memakan hati, yah makan hati banget, karena isinya semua tentang mantannya... How she love him much. I ENVY HIM SO FUCKING MUUUCCCHHH.
Sekarang aku bingung, apa dia masih punya perasaan sama mantannya?
Aku tahu seharusnya kita tidak boleh meragukan pasangan kita sendiri, bagaimana mungkin kita bisa sebegitu jahatnya dan ragu. Tapi hal ini bener bener mengganggu. Maksuudku, kamu dulu mutusin dia karena dia jalan sama cewek lain. Kamu menangis setelahnya karena ternyata kamu masih mengharapkan dia. Kamu bilang ke hati kecilmu kalau kamu sudah move on. Tapi saat dia datang kembali, bukan hanya sekedar obrolan ringan, dia mengajakmu keluar, menonton sebuah film seperti yang dilakukan kebanyak orang yang pacaran. Dan kamu menjawab "iya". Apa itu berarti kamu melupakannya? Do you really have been moving on?
Pertanyaan itu terus menggangguku. Apa dia masih berharap pada kekasihnya yang lama? Dia memang sudah menyakitimu, tapi kini dia kembali dan dia jauh lebih perhatian ataupun romantis, daripada seseorang yang sekarang berkata dia menyukaimu-Yes that's me-.
Do I need to ask her? Apa aku harus meragukan perasaannya? Apa responnya kalau aku menanyakannya? Does she will mad? Do we break apart? Aku terlalu pengecut untuk menanyakannya, aku terlalu takut untuk kehilangan semua yang ada sekarang. Apa ada cara lain yang jauh lebih aman?
We said we like each other, but still it's getting complicated than before.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar